Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman
utamanya mencakup:
1. Gambaran kekurangan materi, yang
biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan
kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan
barang-barang dan pelayanan dasar.
2. Gambaran tentang kebutuhan
sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini
termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan
dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan
tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan
yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi
bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan
relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang
konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh
dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah
jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori
per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan
dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah
untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001
1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang
didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari". Proporsi penduduk negara
berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990
menjadi 21% pada 2001. Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk
dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang
separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu
tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di
dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di
negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna
wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai
kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam
pengertian ini keseluruhan negara
kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini
biasanya disebut sebagai negara berkembang.
Penyebab kemiskinan :
- penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
- penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
- penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
- penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
- penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran
adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika
Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan
masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin;
yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana
bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis
kemiskinan.
Pendapat Pribadi :
Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara berkembang seperti Indonesia saja, namun juga di negara maju seperti Amerika Serikat. Pemerintah juga sudah mengeluarkan kebijakan untuk menanggulanginya namun belum dapat memberi hasil yang maksimal. Dikarenakan kurangnya faktor pendidikan dan sumber daya manusia yang kurang memadai, sehingga upaya tersebut selalu terhambat dan seringkali tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat dan pemerintah. Bantuan yang diberikan untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia antara lain seperti Raskin (Beras Miskin) dan BLT (Bantuan Langsung Tunai). Kurangnya lapangan pekerjaan di Indonesia juga memicu terjadinya kemiskinan yang memaksa rakyat miskin terutama wanita bekerja di luar negeri menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang sayangnya sering dijadikan target kekerasan oleh majikannya.
Untuk memerangi kemiskinan tidak cukup jika hanya pemerintah saja yang memainkan peran. Jelas harus ada partisipasi dari masyarakat agar semua yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi kemiskinan bisa terlaksana dengan baik. Contoh peran yang bisa dilakukan masyarakat antara lain membuka lapangan kerja seperti industri rumahan. Langkah ini bisa dilakukan oleh masyarakat kalangan menengah keatas untuk membantu masyarakat kelas bawah agar terlepas dari kemiskinan. Antara masyarakat dan pemerintah harus ada komunikasi dan yang terpenting adalah adanya kepercayaan antar pemerintah dan masyarakat, agar langkah-langkah yang telah dijalankan dapat berjalan dengan sempurna sebagai upaya agar Indonesia terbebas dari kemiskinan.